A. PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
Setiap
manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati, Karena
itu ia menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa
arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang
dijadikan pegangan, pedoman, arahan,, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau
pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman
sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan
demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul sekita atau dalam waktu yang
singkat saja, melainkan melalui proses waktu lama dan terus-menerus, sehingga
hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat
diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia
menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk
yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya, akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam
- Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang
mutlak kebenarannya
- Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan
kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut
- Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif
kebenarannya
Pandangan
hidup pada dasarnya mempunyai unsur-unsur yaitu ;
∗ Cita-cita
∗ Kebajikan
∗ Usaha
∗ Keyakinan / kepercayaan
Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak
terpisahkan . cita-cita aialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai
dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu
segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai, tenteram.
Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.
Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan
kepercayaan kepada Tuhan.
B.
CITA-CITA
Menurut
kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah keinginan, harapan,
tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan, maupun tujuan
merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang. Dengan demikian
cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin tinggi,
cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi
tingkatannya.
Apabila
cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu
disebut angan-angan. Disini persyratan dan kemampuan tidak/belum dipenuhi
sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita tidak mungkin dilakukan. Misalnya
seorang anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin
berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu
baru dalam taraf angan-angan.
Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa yang dicita-citakan, hal ini tergantung dari tiga faktor ;
- Manusianya, yaitu yang memiliki cita-cita
- Kondisi yang dihadapi selama mencapai apa yang dicita-citakan
- Seberapa tinggikah cita-cita yang hendak dicapai
C.
KEBAJIKAN
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan
pada hakekatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma
agama, dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu
baik, makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat
baik.
Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa
dan badan. Kedua unsur terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan
pribadi, manusia mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri,
seringkali manusia tidak mengenal kebajikan.
Manusia merupakan makhluk sosial : manusia hidup bermasyarakat,
manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota
masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling
merugikan dan sebagainya.
Manusia sebagai
makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang karena Tuhan. Untuk itu
manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga fasilitas alam sekitarnya
seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Untuk melihat apa itu
kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu ;
∗ Manusia sebagai makhluk pribadi
∗ Manusia sebagai anggota masyarakat
∗ Manusia sebagai makhluk Tuhan
Faktor-faktor
yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal :
- Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan hal yang diturunkan oleh orang tua. Tetapi mengapa mereka yang saudara sekandung tidak memiliki pembawaan yang sama. Hal ini disebabkan karena sel-sel benih yang mengandung faktor-faktor penentu (determinan) berjumlah sangat banyak, pada saat konsepsi saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga menghasilkan anak yang bermacam-macam juga (prinsip variasi dalam keturunan). Namun mereka yang bersaudara memperlihatkan kecondongan kearah rata-rata, yaitu sifat rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara sekandung (prinsip regresi filial). Pada masa konsepsi atau pembuahan itulah terjadi pembentukan temperamen seseorang.
- Faktor lingkungan (environment), lingkungan yang membentuk seseorang merupakan alam kedua yang terjadinya setelah seorang anak lahir (masa pembentukan seseorang waktu masih dalam kandungan merupakan alam pertama). Lingkungan membentuk jiwa seseorang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dalam lingkungan keluarga orang tua maupun anak-anak yang lebih tua merupakan panutan seseorang, sehingga bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang baik-baik, maka si anak yang tengah membentuk diri pribadinya akan baik juga. Dalam lingkungan sekolah yang menjadi panutan utama adalah guru, sementara itu teman-temansekolah kita ikut serta memberikan andilnya.
- Faktor pengalaman yang khas yang pernah diperoleh, Baik pengalaman pahit yang sifatnya negatif, maupun pengalaman manis yang sifatnya positif,memberikan pada manusia bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan. Mungkin sekali bahwa berdasarkan hati nurani seseorang mau menolong orang kesusahan, tetapi karena pernah memperoleh pengalaman pahit waktu mau menolong orang dalam kesusahan, tetapi karena niat baiknya itu tertahan, sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari pengalaman inilah yang merupakan pembentukan budaya dalam diri seseorang. Dalam prakteknya, diri ketiga faktor diatas, yaitu heriditas, lingkungan, dan pengalaman , manakah yang paling dominan, sulit diberikan jawaban karena ketiga-tiganya terjalin erat sekali. Disamping itu ketiga faktor tersebut dalam membentuk pribadi seseorang berbeda kekuatannya dengan pembentukan pada pribadi lain.
D.
USAHA / PERJUANGAN
Usaha/perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita.
Setiap manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. Sebagian hidup
manusia adalah usaha / perjuangan untuk hidup, dan ini sudah kodrat manusia.
Tanpa usaha / perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila manusia
bercita-cita menjadi kaya, ia harus kerja keras.
Kerja keras itu dapat dilakuan dengan otak / ilmu maupun dengan
tenaga/ jasmani, atau kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras
dengan otak/ilmunya dari pada dengan jasmaninya. Sebaliknya para buruh, petani
lebih banyak menggunakan jasmani dari pada otaknya. Para tukang dan para ahli
lebih banyak menggunakan kedua-duanya otak dan jasmani dari pada salah satunya.
Para politikus lebih banyak kerja otak dari pada jasmani, sebaliknya prajurit
lebih banyak kerja jasmani dari pada otak.
Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia miskin, melarat, dan
berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri.karena itu tidak boleh
bermalas-malas, bersatai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada
waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Dalam agamapun diperintahkan untuk kerja keras, sebagaimana hadist
yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditunjuk kepada para pengikutnya “Bekerjalah
kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan
kamu akan mati besok”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena
kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia
satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian /
ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit,
ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan
orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan
keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam
ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam
pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan
(cinta kasih) antara sesama manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan
terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi
bersama-sama secara tolong menolong, bergotong royong. Apabila sistem ini
diangkat ketingkat organisasi negara, maka negara akan mengatur usaha /Kerja
keras itu dapat dilakuan dengan otak / ilmu maupun dengan tenaga/ jasmani, atau
kedua-duanya. Para ilmuwan lebih banyak bekerja keras dengan otak/ilmunya dari
pada dengan jasmaninya. Sebaliknya para buruh, petani lebih banyak menggunakan
jasmani dari pada otaknya. Para tukang dan para ahli lebih banyak menggunakan
kedua-duanya otak dan jasmani dari pada salah satunya. Para politikus lebih
banyak kerja otak dari pada jasmani, sebaliknya prajurit lebih banyak kerja
jasmani dari pada otak.
Kerja keras pada dasarnya menghargai dan meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia miskin, melarat, dan
berarti menjatuhkan harkat dan martabatnya sendiri.karena itu tidak boleh
bermalas-malas, bersatai-santai dalam hidup ini. Santai dan istirahat ada
waktunya dan manusia mengatur waktunya itu.
Dalam agamapun diperintahkan untuk kerja keras, sebagaimana hadist
yang diucapkan Nabi Besar Muhammad S.A.W yang ditunjuk kepada para pengikutnya “Bekerjalah
kamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya, dan beribadahlah kamu seakan-akan
kamu akan mati besok”.
Untuk kerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan. Karena
kemampuan terbatas itulah timbul perbedaan tingkat kemakmuran antara manusia
satu dan manusia lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian /
ketrampilan. Orang bekerja dengan fisik lemah memperoleh hasil sedikit,
ketrampilan akan memperoleh penghasilan lebih banyak jika dibandingkan dengan
orang yang tidak mempunyai ketrampilan / keahlian. Karena itu mencari ilmu dan
keahlian / ketrampilan itu suatu keharusan, Sebagaimana dinyatakan dalam
ungkapan sastra “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat” dalam
pendidikan dikatakan sebagai “Long life education”.
Karena manusia itu mempunyai rasa kebersamaan dan belas kasihan
(cinta kasih) antara sesama manusia, maka ketidak mampuan akan kemampuan
terbatas yang menimbulkan perbedaan tingkat kemakmuran itu dapat diatasi
bersama-sama secara tolong menolong, bergotong royong. Apabila sistem ini
diangkat ketingkat organisasi negara, maka negara akan mengatur usaha /
perjuangan warga negaranya sedemian rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran
antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok.
Keadaan ini dapat dikaji melalui pandangan hidu /idiologi yang dianut oleh
suatu negara.
E. KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal
dari kata akal atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution,
ada tiga aliran filsafat yaitu;
Aliran Naturalisme
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan
kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi
bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan
menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak dikuasai
Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai alam ini, karana manusia
itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan
Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin
juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar, yang benar adalah keyakinan. Jika
kita yakin Tuhan itu ada maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin,
dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi, manusia
adalah makhluk ciptaan Tuhan, karana itu manusia mengabdi kepada Tuhan
berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama.
Ajaran agama ada dua macam yaitu ;
- Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (absolut), terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah
- Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas). Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama termasuk kebudayaaan terdapat dalam buku-buku agama yang ditulis oleh pemuka-pemuka agama, Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman Apabila aliran naturalisme ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi pandangan hidup dilandasi oleh ajaran-ajaran Tuhan melalui agamanya. Manusia yakin bahwa kebajikan itu diridhoi oleh Tuhan pandangan hidup yang dilandasi keyakinan bahwa Tuhanlah kekuasaan yang tertinggi, yang menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup religius (keagamaan)
Aliran Intelektualisme
Dasar aliran ini logika / akal. Manusia mengutamakan akal, dengan
akal manusia berpikir, mana yang benar menurut akal itulah yang baik, walaupun
bertentangan dengan kekuatan hati nurani. Manusia yakin bahwa dengan kekuatan
pikir (akal) kebajikan itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan
teknologi. Teknologi adalah alat bantu mencapai kebajikan yang maksimal,
walaupun mungkin teknologi memberi akibat yang bertentangan dengan hati nurani.
Akal berasal dari bahasa Arab, artinya kalbu, yang berpusat di
hati, sehingga timbul istilah “hati nurani”, artinya daya rasa. Di barat hati
nurani ini menipis, justru yang menonjol adalah akal yaitu logika berpikir.
Karena itu aliran ini banyak dianut di kalangan barat. Di timur orang
mengutamakan hati nurani yang baik menurut akal belum tentu baik menurut hati
nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup ini
dilandasi oleh keyakinan manusia itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup
ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal
itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan
akal (ilmu teknologi). Pandangan hidup ini disebut liberalisme. Kebebasan akal
menimbulkan kebebasan bertingkah laku dan berbuat, walaupun tingkah laku dan
perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan akal lebih ditekankan
pada setiap individu. Karena itu individu yang berakal (berilmu dan
berteknologi tinggi) dapat menguasai individu yang berpikir rendah (bodoh).
Aliran Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal, kekuatan gaib
artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan sebagai dasar
keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan benar
tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dunilai dengan akal, baik sebagai logika
berpikir maupun sebagai rasa (hati nurani). Jadi apa yang benar menurut logika
berpikir juga dapat diterima oleh hati nurani.
Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup, maka akan
timbul dua kemungkinan pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat
didasarkan pada logika berpikir, sedangkan hati nurani dinomer duakan, kekuatan
gaib dari Tuhan diakui adanya tetapi tidak menentukan , dan logika berpikir
tidak ditekankan pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir
kolektif (masyarakat), pandangan hidup ini disebut sosialisme.
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal,
kedua-duanya mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai
logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik
secara individual maupun secara kolektif pandangan hidup ini disebut
sosialisme. Religius. Kebajikan yang dikehendaki adalah kebajikan menurut
logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat
karunia Tuhan.
F.
LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walaupun bagaimanapun
bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup iti tergantung pada
orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai
sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukan sebagai penimbul
kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.
Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai
langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai
langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana
mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik, adapun langkah-langkah itu sebagai
berikut :
1.
Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan tahap
pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu
pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti
mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu
ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu belum
turun ke dunia.
2.
Mengerti
Tahap kedua untuk pandangan hidup yang baik adalah mengerti.
Mengerti disini dmaksudkan mengerti terhadap pandangan itu sendiri. Bila dalam
brnegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam pandangan hidup pada
Pancasila kita hendaknya mengerti apa Pancasila dan bagaimana mengatur
kehidupan bernegara.
3.
Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti pandangan hidup adalah
menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati pandangan hidup kita
memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu
sendiri.
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang
terkandung didalamnya yaitu dengan memperluas dan memperdalam pengetahuan
mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam
rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang berhubungan dengan pandangan
hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih tau dan lebih berpengalaman
mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai pandangan hidup itu sendiri.
Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan memperoleh mengenai kebenaran
tentang pandangan hidup itu sendiri.
4.
Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan validitas, baik secara
kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan maupun negara dari
kehidupan di akherat, maka hendaknya kita menyakini pandangan hidup yang telah
kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal untuk cenderung memperoleh
suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.
Dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas
terhadap pandangan hidup itu. Adanya sikap menerima secara ikhlas ini maka ada
kecenderungan untuk selalu berpedoman kepadaNya dalam segala tingkah laku dan
tindak tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya.
Dalam menyakini ini penting juga adanya iman yang teguh. Sebab iman yang teguh
ini tak akan terpengaruh oleh pengaruh dari dirinya yang menyebabkan dirinya
tersugesti.
5.
Mengabdi
Pengabdian
merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan menyakini sesuatuyang
telah dibenarkan dan diterima oleh dirinya, lebih-lebih oleh orang lain. Dengan
mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan
perwujudan manfaat. Mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan
manfaatitu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal
yaitu dialam akherat.
Dampak berpandangan hidup islam yang antara lain yaitu mengabdi
kepada orang tua. Dalam mengabdi kepada orang tua bila didasari oleh pandangan
hidup Islam maka akan cenderung untuk selalu disertai dengan ketaatan dalam
mengikutisegala perintahNya. Setidak-tidaknya kita menyadari bahwa kita sudah
selayaknya mengabdi kepada orang tua . Karena itu dahulu dari bayi sampai dapat
berdiri sendiri toh diasuhnya dan juga kita didik kepada hal yang baik.
6.
Mengamankan
Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdi
diri pada suatu pandangan hidup lalu ada orang lainyang mengganggu dan atau
menyalahkannya tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk mengadakan
perlawanan. Hal ini karena kemungkinan merasakan bahwa dalam berpandangan hidup
itu telah mengikuti langkah-langkah sebelumnya yang ditempuhnya itu telah
dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang lain yang
mengganggunya maka dia pasti akan mengadakan suatu respon entah respon itu
berwujud tindakan atau lainnya.
Proses mengamankan ini merupakan langkah terakhir. Tidak mungkin
atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami langkah sebelumnya lalu akan ada
proses mengamankan ini. Langkah yang terakhir ini merupakan langkah terberat
dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi
segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.
Nama : Prihadi Kuntoro
NPM : 16113918
Kelas : 1KA09
No comments:
Post a Comment