Sunday 15 November 2015

DIKSI, KALIMAT, ALINEA, DAN KARYA ILMIAH

DIKSI
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi dari diksi antara lain :
·         Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
·         Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
·         Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
·         Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
1.      Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
2.      Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
3.      Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
4.      Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
5.      Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
6.      Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7.      Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8.      Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Makna Denotasi
Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
Contoh :
Adik makan nasi.
Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
 Makna Konotasi
Kalau makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang banyak eksperts linguistik di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe makna figuratif, bukan makna konotasi. Makna Konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Misalnya Frase jam tangan.
Contoh:
Pak Slesh adalah seorang pegawai kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu kolega yang hadir melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama kolega yang lain “Jam tangan pak Slesh bagus yah”.
Dalam ilustrasi diatas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh diatas, Jam Tangan memiliki Makna Konotasi Positif karena sifatnya memuji
Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu konotasi positif  merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
KALIMAT

Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis serta dapat diterima maksudnya/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis /pembicara. Kalimat efektif dapat dikatakan efektif jika kalimat tersebut berhasil menyampaikan pesan, pikiran, gagasan, perasaan pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis.
.
Ciri-ciri Kalimat Efektif
Suatu kalimat efektif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
A.  Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan ntara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Ciri – ciri kesepadanan suatu kalimat adalah:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
1.  Bagi semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (salah)
.    →   Semua mahasiswa aktif perguruan tinggi ini diwajibkan untuk membayar uang kuliah. (benar)
2. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah)
.    →   Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar)
3. Mereka datang agak terlambat. Sehingga mereka tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran. (salah)
.    →   Mereka datang agak terlambat sehingga mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)
.    →   Mereka datang terlambat. Oleh karena itu, mereka diperbolehkan mengikuti pelajaran. (benar)
4.  Ayah yang berangkat ke kantor.(salah)
.     →   Ayah berangkat ke kantor. (benar)

B. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
1.  Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (salah)
.     →  Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (benar)
.     →  Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (benar)
2.  Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (salah)
.     →   Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (benar)

C. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap  ide pokok dari kalimat.  Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a.  Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
1.  Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
.     →   Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
2.  Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
.     →   Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
b.  Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
→  Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c.  Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengahrukan.
d.  Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e.  Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
1.  Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
2.  Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.

D. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi  tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikaranekan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
1.  Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (salah)
.     →   Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (benar)
2.  Dia mengenakan topi warna hitam. (salah)
.     →   Dia mengenakan tpi hitam. (benar)
3.  Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (salah)
.     →   Dia sudah menunggumu sejak pagi. (benar)
4.  Beberapa peserta-peserta sudah didiskualifikasik. (salah)
.     →   Beberapa peserta sudah didiskualifikasi. (benar)
E. Kecermatan
Kecermatan di sini maksudnya tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.
Contoh:
1.   Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (salah)
.     →   Mahasiswa dari perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. (benar)
.     →   Mahasiswa yang terkenal di perguruan tinggi itu menerima hadiah. (benar)
2.   Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. (salah)
.     →  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribu rupiah. (benar)
.     →  Dia menerima uang sebanyak dua puluh lembar lima ribu rupiah. (benar)

F. Kepaduan
Kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat  itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
1.  Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
2.  Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
3.  Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
1.   Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (salah)
.      →   Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (benar)
2.   Surat itu saya sudah baca. (salah)
.      →   Surat iitu sudah saya baca. (benar)
3.  Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (salah)
.     →   Makalah ini membahas teknollogi fiber optik. (benar)
G. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
1.  Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (salah)
.     →   Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (benar)
2.  Mayat lelaki tua yang ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah tersebut. (salah)
.     →   Sebelum meninggal, lelaki tua yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di daerah tersebut. (benar)

 ALINEA ( PARAGRAF )

1. Pengertian Alinea
Alinea adalah  kumpulan kalimat yang saling berhubungan yang merupakan hasil dari sebuah gagasan.
2. Unsur – Unsur Alinea
a.         Topik/ tema/ gagasan utama/ gagasan inti/ pokok pikiran
b.        Kalimat utama
Ciri – ciri kalimat utama :
o    Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan lebih lanjut.
o    Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
o    Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.
o    Dapat dibentuk tanpa kata sambung.
c.         Kalimat penjelas
Ciri – ciri kalimat penjelas :
o    Merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
o    Arti kalimatnya baru jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam suatu alinea.
o    Pembentukannya menggunkan kata penghubung
o    Isi dari kalimat penjelas ini mendukung kalimat utama
d.        Judul (kepala karangan).
Syarat suatu judul:
o    Provokatif (menarik)
o    Berbentuk frase
o    Relevan (sesuai dengan isi)
o    Logis
o    Spesifik
3. Macam – Macam Alinea
a.         Menurut fungsinya
o    paragraf pembuka
o    paragraf penghubung
o    paragraf penutup
b.        Menurut posisi kalimat topik :
o    paragraf deduktif
o    paragraf induktif
o    paragraf deduktif – induktif
o    paragraf tersebar
c.         Berdasarkan sifat isinya :
o    paragraf argumentasi
o    paragraf narasi
o    paragraf persuasi
o    paragraf eksposisi
o    paragraf deskripsi
4. Pola Pengembangan Alinea
Berdasarkan letak kalimat utamanya, alinea terbagi menjadi :
o    Alinea deduktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian awal kalimat.
o    Alinea induktif : Kalimat utamanya terdapat pada bagian akhir kalimat.
o    Alinea campuran : Kalimat utamanya terletak di awal dan ditegaskan kembali pada bagian akhir.
o    Alinea diskriptif : Kalimat utama yang tersirat pada seluruh kalimat di paragraph tersebut.
5. Syarat –Syarat Alinea
a.         Kesatuan : tiap paragraf hanya mengandung satu pikiran / satu tema.
b.        Perincian dan urutan isi paragraf :
o   urutan waktu.
o   urutan logis.
o   urutan ruang.
o   urutan proses.
o   sudut pandangan/ point of view.
c.         Kelengkapan : paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan kalimat topik/ kalimat utama

KARYA ILMIAH
Karya Ilmiah atau tulisan ilmiah adalah karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperoleh melalui kepustakaan, kumpulan pengalaman, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.
Karya ilmiah: pernyataan sikap ilmiah peneliti.
Tujuan karya ilmiah: agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.

Fungsi karya ilmiah:
sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  1. Penjelasan (explanation)
  2. Ramalan (prediction)
  3. Kontrol (control)


Hakikat karya ilmiah: mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.
Syarat menulis karya ilmiah
  1. motivasi dan displin yang tinggi
  2. kemampuan mengolah data
  3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
  4. kemampuan berbahasa


Sifat karya ilmiah
formal harus memenuhi syarat:
  1. lugas dan tidak emosional, mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
  2. Logis, disusun berdasarkan urutan yang konsisten
  3. Efektif, satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
  4. efisien, hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
  5. ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.


Jenis-jenis karya ilmiah
umum karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
  1. Makalah adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data dilapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.
  2. Kertas kerja seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.
  3. Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.
  4. Tesis adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
  5. Disertasi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).


Manfaat Penyusunan karya ilmiah
Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut.
  1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
  2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
  3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.
  4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.
  5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
  6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

 
 REFERENSI:





IT PROFESI FORENSIC

1.       Definisi IT Forensic/DIGITAL FORENSIC ·         IT Forensik adalah cabang dari ilmu komputer tetapi menjurus ke bagian forensi...