1. PENGERTIAN
KOMUNIKASI
Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
berikut ini merupakan definisi komunikasi
menurut para ahli
·
Onong Uchjana Effendy
Komunikasi adalah
proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu,
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun
tidak langsung (melalui media)
Analisis Pengertian
Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi Menurut Harold Lasswell Sat,
10/11/2007 – 6:54pm — Rejals Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold
Lasswell.
Komunikasi pada
dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan
saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in
which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960).
·
Raymond Ross
Komunikasi adalah
proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol sedemikian rupa agar
membantu pendengar membangkitkan respons/ makna dari pemikiran yang serupa
dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.
·
Gerald R. Miller
Komunikasi terjadi
saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk
memengaruhi perilaku mereka.
·
Everett M. Rogers
Komunikasi adalah
proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau banyak penerima
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
·
Carl I. Hovland
Komunikasi adalah
suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan (biasanya
dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain.
·
New Comb
Komunikasi adalah
transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif dari
sumber kepada penerima.
·
Bernard Barelson & Garry A. Steiner
Komunikasi adalah
proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya dengan
menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka, dsb.
·
Colin Cherry
Komunikasi adalah
proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai
tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh
penerus rangsangan dan pembangkitan balasannya.
·
William J. Seller
William J.Seller
mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal
dikirimkan, diterima dan diberi arti.
2. UNSUR-UNSUR
KOMUNIKASI
Dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang mutlak harus
dipenuhi karena merupakan suatu bentuk kesatuan yang utuh dan bulat . Bila
salah satu unsur tidak ada , maka komunikasi tidak akan pernah terjadi . Dengan
demikian , setiap unsur dalam komunikasi itu memiliki hubungan yang sangat erat
dan slaing ketergantungan satu dengan lainnya . Artinya , keberhasilan
komunikasi ditentukan oleh semua unsur tersebut . Unsur - unsur komunikasi
yaitu :
Komunikator / pengirim / sender .
Merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada
komunikan . Komunikator bisa tunggal , kelompok , atau organisasi pengirim
berita . Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas ,
memilih media yang ocok untuk menyampaikan pesan tersebut , dan meminta
kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik . Untuk itu , seorang
komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan
siapa dia berkomunikasi , apa yang akan dia sampaikan , dan bagaimana cara
menyampaikannya .
Komunikan / penerima / receiver .
Merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan oleh
komunikator . Dalam proses komunikasi , penerima pesan bertanggung jawab untuk
dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar . Penerima
pesan juga memberikan umpan balik kepada pengirim pesan untuk memastikan bahwa
pesan telah diterima dan dimengerti secara sempurna.
Saluran / media / channel .
Merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi
pernyataan komunikator kepada komunikan dan sebaliknya . Pesan dapat berupa
kata - kata atau tulisan , tiruan , gambaran atau perantara lain yang dapat
digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon
, televisi , fax , photo copy , email , sandi morse , semaphore , sms , dan
sebagainya . Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat
berita yang akan disampaikan
Menyalurkan ide melalui komuikasi .
Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal
yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
gerak gerik badan seperti tersenyum,menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu.
Dalam menyalurkan ide atau solusi harus ada si pengirim (sender) dan si penerima
(receiver). Ide-ide yang diambil pun tidak sembarangan, tetapi ada penyaringan
dan seleksi untuk diambil ide manakah yang terbaik untuk di ambil dan
dilaksanakan untuk oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan bersama,serta
visi dan misi suatu organisasi.
3. MENYALURKAN IDE
MELALUI KOMUNIKASI
Adapun tahapan-tahapan cara menyalurkan ide melalui
komunikasi :
·
Ide (gagasan) oleh sender.
·
Perumusan yaitu dalam perumusan
ini ide si sender disampaikan oleh kata-kata.
·
Penyaluran (transmitting) yaitu
penyaluran ini bisa lisan,tertulis,simbol maupun isyarat,dll.
·
Tindakan yaitu tindakan ini
sebagai contoh perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
·
Pengertian yaitu kata-kata si
sender dalam perumusan tadi dijadikan ide oleh si penerima
·
Penerimaan yaitu ide atau
informasi ini diterima oleh penangkap berita (receiver).
Dalam membina kerjasama dalam kelompok inilah yang nantinya
digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah
yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi. Agar tercapai koordinasi dalam
kerjasama, pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya komunikasi yang
tepat dan se-efektif mungkin sehingga koordinasi dan kerja sama
benar-benar dilaksanakan dengan tepat juga.
4. HAMBATAN KOMUNIKASI
Hambatan fisik dalam proses komunikasi
Merupakan jenis hambatan berupa fisik, misalnya cacat
pendengaran (tuna rungu), tuna netra, tuna wicara. Maka dalam hal ini baik
komunikator maupun komunikan harus saling berkomunikasi secara maksimal.
Bantuan panca indera juga berperan penting dalam komunikasi ini.
Contoh: Apabila terdapat seorang perawat dengan pasien
berusia lanjut. Dalam hal ini maka perawat harus bersikap lembut dan sopan tapi
bukan berarti tidak pada pasien lain. Perawat harus lebih memaksimalkan volume
suaranya apabila ia berbicara pada pasien tuna rungu. Begitu pula halnya dengan
si pasien. Apabila si pasien menderita tuna wicara maka sebaiknya ia
mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut) agar si
komunikan bisa menangkap apa yang ia ucapkan. Atau si pasien tuna wicara isa
membawa rekan untuk menerjemahkan pada si komunikan apa yang sebetulnya ia
ucapkan.
Hambatan semantik dalam Proses Komunikasi
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertian atau makna
kata (denotatif). Jadi hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik
bahasa yang digunakan oleh komunikator, maupun komunikan.
Hambatan semantik dibagi menjadi 3, diantaranya:
1.
Salah pengucapan kata atau istilah
karena terlalu cepat berbicara. contoh: partisipasi menjadi partisisapi
2.
Adanya perbedaan makna dan
pengertian pada kata-kata yang pengucapannya sama. Contoh: bujang (Sunda:
sudah; Sumatera: anak laki-laki)
3.
Adanya pengertian konotatif. Contoh:
secara denotative, semua setuju bahwa anjing adalah binatang berbulu, berkaki
empat. Sedangkan secara konotatif, banyak orang menganggap anjing sebagai
binatang piaraan yang setia, bersahabat dan panjang ingatan. Jadi apabila ini
disampaikan secara denotatif sedangkan komunikan menangkap secara konotatif
maka komunikasi kita gagal.
Hambatan Psikologis dlam proses Komunikasi
Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan
tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
Hambatan psikologi dibagi menjadi 4 :
·
Perbedaan kepentingan atau interest
·
Kepentingan atau interst akan
membuat seseorang selektif dalam menganggapi atau menghayati pesan.
Orang
hanya akan memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan
kepentingannya. Effendi (1981: 43) mengemukakan secara gamblang bahwa apabila
kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan sedikitpun,
maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang mungkin dapat
dimakan daripada yang lain. Andaikata dalam situasi demikian kita dihadapkan
pada pilihan antara makanan dan sekantong berlian, maka pastilah kita akan
meilih makanan. Berlian baru akan diperhatikan kemudian. Lebih jauh Effendi
mengemukakan, kepentingan bukan hanya mempengaruhi kita saja tetapi juga
menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, komunikan pada
komunikasi massa bersifat heterogen. Heterogenitas itu meliputi perbedaan usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan yang keseluruhannya akan menimbulkan
adanya perbedaan kepentingan. Kepentingan atau interest komunikan dalam suatu
kegiatan komunikasi sangat ditentukan oleh manfaat atau kegunaan pesan
komunikasi itu bagi dirinya. Dengan demikian, komunikan melakukan seleksi
terhadap pesan yang diterimanya.
Kondisi komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang
komunikator. Masalahnya, apabila komunikator ingin agar pesannya dapat diterima
dan dianggap penting oleh komunikan, maka komunikator harus berusaha menyusun
pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan dari komunikan.
·
Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang
tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap
mereka. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya
kita bahas terlebih dahulu pengertian persepsi.
Persepsi adalah pengalaman objek pribadi, peristiwa
faktor dari hambatan : personal dan situasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka pada
komunikan, maka komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media massa
sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang controversial,
reputasinya baik artinya ia tidak pernah terlibat dalam suatu peristiwa yang
telah membuat luka hati komunikan. Dengan kata lain komunikator itu harus
acceptable. Disamping itu memiliki kredibilitas yang tinggi karena kemampuan
dan keahliannya.
·
Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak
bersifat negative (Gerungan,1983:169). Jadi stereotip itu terbentuk pada
dirinya berdasarkan keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang Batak itu berwatak keras sedangkan orang Jawa
itu berwatak lembut.
Seandainya dalam proses komunikasi massa ada komunikan yang
memiliki stereotip tertentu pada komunikatornya, maka dapat dipastikan pesan
apapun tidak dapat diterima oleh komunikan.
5. KLASIFIKASI
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Klasifikasi Komunikasi Dalam Organisasi
Dari segi sifatnya :
·
Komunikasi Lisan
·
Komunukasi Tertulis
·
Komunikasi Verbal
·
Komunikasi Non Verbal
Dari segi arahnya
·
Komunikasi Ke atas
·
Komunikasi Ke bawah
·
Komunikasi Diagonal Keatas
·
Komunikasi Diagonal Kebawah
·
Komunikasi Horizontal
·
Komunikasi Satu Arah
·
Komunikasi Dua Arah
Menurut Lawannya :
·
Komunikasi Satu Lawan Satu
·
Komunikasi Satu Lawan Banyak
(kelompok)
·
Kelompok Lawan Kelompok
Menurut Keresmiannya :
·
Komunikasi Formal
·
Komunikasi Informal
6. FAKTOR
PERUBAHAN ORGANISASI
Secara garis besar faktor penyebab terjadinya perubahan
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Faktor ekstern dan Faktor intern.
1.
Faktor Ekstern
Adalah penyebab
perubahan yang berasal dari luar, atau sering disebut lingkungan. Organisasi
bersifat responsive terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya. Oleh
karena itu, jarang sekali suatu organisasi melakukan perubahan besar tanpa
adanya dorongan yang kuat dari lingkungannya. Artinya, perubahan yang besar itu
terjadi karena lingkungan menuntut seperti itu. Beberapa penyebab perubahan
organisasi yang termasuk faktor ekstern adalah perkembangan teknologi, faktor
ekonomi dan peraturan pemerintah.
Perkembangan dan kemajuan teknologi juga merupakan penyebab
penting dilakukannya perubahan. Penggantian perlengkapan lama dengan
perlengkapan baru yang lebih modern menyebabkan perubahan dalam berbagai hal,
misalnya: prosedur kerja, kualitas dan kuantitas tenaga kerja, jenis bahan
baku, jenis output yang dihasilkan, system penggajian yang diberlakukan yang
memungkinkan jumlah bagian-bagian yang ada dikurangi atau hubungan pola kerja
diubah karena adanya perlengkapan baru.
Perkembangan IPTEK terus berlanjut sehingga setiap saat
ditemukan berbagai produk teknologi baru yang secara langsung atau tidak
memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Organisasi yang tidak tanggap dan
bersedia menyerap berbagai temuan teknologi tersebut akan tertinggal dan pada
gilirannya tidak akan sanggup survive.
2.
Faktor Intern
Adalah penyebab perubahan yang berasal dari dalam organisasi yang
bersangkutan, yang dapat berasal dari berbagai sumber antara lain:
·
Problem hubungan antar
anggota,
·
Problem dalam proses
kerja sama,
·
Problem keuangan.
Hubungan antar anggota yang kurang harmonis merupakan salah satu
problem yang lazim terjadi. Dibedakan menjadi dua, yaitu: problem yang
menyangkut hubungan atasan bawahan (hubungan yang bersifat vertikal), dan
problem yang menyangkut hubungan sesama anggota yang kedudukannya setingkat
(hubungan yang bersifat horizontal). Problem atasan bawahan yang sering timbul
adalah problem yang menyangkut pengambilan keputusan dan komunikasi. Keputusan
pimpinan yang berkenaan dengan system pengupahan, misalnya dianggap tidak adil
atau tidak wajar oleh bawahan, atau putusan tentang pemberlakuan jam kerja yang
dianggap terlalu lama, dsb. Hal ini akan menimbulkan tingkah laku anggota yang
kurang menguntungkan organisasi, misalnya anggota sering terlambat. Komunikasi
atasan bawahan juga sering menimbulkan problem. Keputusannya sendiri mungkin
baik tetapi karena terjadi salah informasi, bawahan menolak keputusan pimpinan.
Dalam hal seperti ini perubahan yang dilakukan akan menyangkut system saluran
komunikasi yang digunakan.
Problem yang sering timbul berkaitan dengan hubungan sesame
anggota organisasi pada umumnya menyangkut masalah komunikasi dan kepentingan
masing-masing anggota.
Proses kerja sama yang berlangsung dalam organisasi juga
kadang-kadang merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Problem yang timbul
dapat menyangkut masalah system kerjasamanya dan dapat pula menyangkut
perlengkapan atau peralatan yang digunakan. Sistem kerja sama yang terlalu
birokratis atau sebaliknya dapat menyebabkan suatu organisasi menjadi tidak
efisien. System birokrasi (kaku) menyebabkan hubungan antar anggota menjadi
impersonal yang mengakibatkan rendahnya semangat kerja dan pada gilirannya
produktivitas menurun, demikian sebaliknya. Perubahan yang harus dilakukan akan
menyangkut struktur organisasi yang digunakan.
Perlengkapan yang digunakan dalam mengolah input menjadi output
juga dapat merupakan penyebab dilakukannya perubahan. Tujuan penggunaan
berbagai perlengkapan dan peralatan dalam proses kerjasama ialah agar diperoleh
hasil secara efisien.
7. PROSES
PERUBAHAN
Faktor –
faktor diatas adalah faktor – faktor yang menyebabkan organisasi tersebut
mengalami perubahan baik di luar organisasi maupun di dalam
organisasi.Perubahan tidak terjadi begitu saja atau tidak secepat yang kita
bayangkan,misalnya suatu organisasi yang mikro pada awalnya,tiba – tiba suatu
saat menjadi organisasi yang maju dan berkembang,tidak semudah itu.Semua itu
perlu adanya proses yang dapat menunjang suatu organisasi itu mengalami
perubahan yang lebih baik.Dan berikut saya akan jelaskan Proses perubahan :
Dalam suatu
proses itu ada beberapa langkah untuk memenuhi tujuan organisasi tersebut yaitu
:
·
Mengadakan Pengkajian
Maksudnya adalah dalam organisasi
tersebut diadakan suatu pengkajian atau proses penindak lanjutan kegiatan –
kegiatan atau cara – cara apa saja dalam organisasi tersebut,misalnya diadakan
pengkajian setiap sebulan sekali dalam organisasi tersebut agar organisasi
tersebut itu update dengan info- info yang dapat menunjang kemajuan dan tujuan
dari organisasi tersebut.
·
Mengadakan Identifikasi
Maksudnya adalah melakukan
penyelidikan atau pemeriksaan secara detail tentang permasalahan – permasalahan
apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut,misalnya mengadakan
identifikasi masalah kasus yang sedang terjadi dalam organisasi tersebut setiap
seminggu sekali,langkah tersebut bertujuan agar dalam organisasi tersebut tahu
bagaimana menyelesaikan masalah apa saja yang terjadi dalam organisasi
tersebut.
·
Menetapkan Perubahan
Maksudnya adalah menetapkan suatu
perubahan yang baru atau bisa dikatakan sebuah sistem baru dalam organisasi
tersebut,misalkan terjadi suatu perubahan sistem dalam organisasi tersebut dari
sistem yang lama dengan sistem yang baru dan apabila dilihat dari kinerjanya
sistem baru tersebut memang bagus dan berkembang dari sistem yang lama,maka
perubahan sistem tersebut harus ditetapkan dan meninggalkan sistem yang lama.
·
Menentukan Strategi
Maksudnya adalah sebelum melangkah
dan memutuskan pilihan dalam suatu organisasi tersebut, harus ditentukan dulu
matang – matang atau difikirkan terlebih dahulu kira – kira strategi apa yang
dapat memajukan sebuah organisasi tersebut.
·
Melakukan Evaluasi
Maksudnya adalah melakukan suatu
perubahan – perubahan sikap dalam organisasi tersebut,misalnya kita cari dulu
apa yang salah dalam organisasi tersebut dan solusi apa yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut lalu kita benarkan kesalahan – kesalahan
tersebut dan tidak akan mengulanginya lagi,itulah yang disebut mengevaluasi
atau bisa dikatakan melakukan sebuah perubahan atau perbaikan dalam organisasi
tersebut,dengan sering kita mengevaluasi dalam organisasi tersebut, maka
organisasi tersebut menjadi bersikap hati – hati dan teliti dalam setiap
bertindak melakukan sesuatu yang berdampak langsung dalam organisasi tersebut.
8. CIRI-CIRI
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Suatu strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan
untuk mengubah keyakinan, sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka
dapat lebih beradaptasi dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan
tingkat yang memusingkan perubahan itu sendiri. Maka Pengembangan organisasi
yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Merupakan strategi terencana dalam
mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2.
Merupakan kolaborasi antara berbagai
pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
3.
Menekankan cara-cara baru yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja
dalam organisasi.
4.
Mengandung nilai humanistik dimana
pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5.
Menggunakan pendekatan komitmen
sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi, interaksi dan
interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral di suasana
yang utuh.
6.
Menggunakan pendekatan ilmiah dalam
upaya meningkatkan efektivitas organisasi. Bila selama ini kita hanya mengenal
pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka perkembangan manajemen
telah mengenal pembelajaran organisasi (learning organization), yang secara
sederhana dapat diartikan sebagai : organisasi yang secara terus menerus
melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih baik lagi,
memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas area
belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.
9. METODE
PENGEMBANGAN ORGANISASI
Ada berbagai teknik yang dirancang para ahli, dengan tujuan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi serta bekerja secara efektif,
antar-individu maupun antar-kelompok dalam organisasi.
Beberapa teknik yang sering digunakan berikut ini.
1.
Sensitivity training, merupakan
teknik OD yang pertama diperkenalkan dan ayang dahulu paling sering digunakan.
Teknik ini sering disebut juga T-group. Dalam kelompok kelomok T (singkatan
training) yang masing masing terdiri atas 6 – 10 peserta, pemimpin kelompok
(terlatih) membimbing peserta meningkatkan kepekaan (sensitivity) terhadap
orang lain, serta ketrampilan dalam hubunga antar-pribadi.
2.
Team Building, adalah pendekatan
yang bertujuan memperdalam efektivitas serta kepuasaan tiap individu dalam
kelompok kerjanya atau tim. Teknik team building sangat membantu meningkatkan
kerjasama dalam tim yang menangani proyek dan organisasinya bersifat matriks.
3.
Survey feedback. Dalam teknik sruvey
feedback. Tiap peserta diminta menjawab kuesioner yang dimaksud untuk mengukur
persepsi serta sikap mereka (misalnya persepsi tentang kepuasan kerja dan gaya
kepemimpinan mereka). Hasil surveini diumpan balikkan pada setiap peserta,
termasuk pada para penyelia dan manajer yang terlibat. Kegiatan ini kemudian
dilanjutkan dengan kuliah atau lokakarya yang mengevaluasi hasil keseluruhan
dan mengusulkan perbaikan perbaikan konstruktif.
4.
Transcational Analysis (TA). TA
berkonsentrasi pada gaya komunikasi antar-individu. TA mengajarkan cara
menyampaikan pesan yang jelas dan bertanggung jawab, serta cara menjawab yang
wajar dan menyenangkan. TA dimaksudkan untuk mengurangi kebiasaan komunikasi
yang buruk dan menyesatkan.
5.
Intergroup activities. Fokus dalam
teknik intergroup activities adalah peningkatan hubungan baik
antar-kelompok.Ketergantungan antar kelompok , yang membentuk kesatuan
organisasi, menimbulkan banyak masalah dalam koordinasi. Intergroup activities
dirancang untuk meningkatkan kerjasama atau memecahkan konflik yang mungkin
timbul akibat saling ketergantungan tersebut.
6.
Proses Consultation. Dalam Process
consultation, konsultan OD mengamati komunikasi , pola pengambilan keputusan ,
gaya kepemimpinan, metode kerjasama, dan pemecahan konflik dalam tiap unit
organisasi. Konsultan kemudian memberikan umpan balik pada semua pihak yang
terlibat tentang proses yang telah diamatinya , serta menganjurkan tindakan
koreksi.
7.
Grip OD. Pendekatan grip pada
pengembangan organisasi di dasarkan pada konsep managerial grip yang
diperkenalkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Konsep ini mengevaluasi gaya
kepemimpinan mereka yang kurang efektif menjadi gaya kepemimpinan yang ideal,
yang berorientasi maksimum pada aspek manusia maupun aspek produksi.
8.
Third-party peacemaking. Dalam
menerapkan teknik ini, konsultan OD berperan sebagai pihak ketiga yang
memanfaatkan berbagai cara menengahi sengketa, serta berbagai teknik negosiasi
untuk memecahkan persoalan atau konflik antar-individu dan kelompok.
10.
PENGERTIAN
KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan itu termasuk kedalam suatu kerja sama didasarkan
kepada kemampuan orang tersebut, dan kepemimpinan itu juga di ratikan oleh para
pendapat ilmuwan diantaranya :
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam
Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing
orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono,
2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan
pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu
yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang
tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002) memandang
bahwa leadership tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist)
cenderung memandang leadership sebagai
pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana
untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki
kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya,
untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
11.
TIPE-TIPE
KEPEMIMPINAN
Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara
luas.
1.
Tipe pemimpin
Otokratis, yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
·
Menganggap organisasi
sebagai milik pribadi
·
Mengidentikan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi
·
Menganggap bawahan
sebagai alat semata- mata
·
Tidak mau menerima
kritik, saran, dan pendapat
·
Terlalu bergantung
kepada kekuasaan formalnya
·
Dalam tindakan
penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan
dan punitif (bersifat menghukum)
2.
Tipe Militeristis,
yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang
memiliki sifat- sifat:
·
Sering mempergunakan
sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
·
Senang bergantung pada
pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
·
Senang kepada
formalitas yang berlebih- lebihan
·
Menuntut disiplin yang
tinggi dan kaku dari bawahan
·
sukar menerima
kritikkan dari bawahan
·
Menggemari upacara-
upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3.
Tipe Paternalistis
,yaitu seorang pemimpin yang:
·
Menganggap bawahannya
sebagai manusia yang tidak dewasa
·
Bersikap terlalu
melindungi
·
Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
·
Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
·
Sering bersikap maha tahu
4.
Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil
menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang
diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat
besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat
besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi
pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian
diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5.
Tipe Laissez Faire,
yaitu seorang yang bersifat:
·
Dalam memimpin
organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para
anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati
nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap
tercapai.
·
Organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh
masing- masing anggota.
·
Seorang pemimpin yang
tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
·
Seorang pemimpin yang
memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6.
Tipe Demokratis, Yaitu
tipe yang bersifat:
·
Dalam proses
penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makhluk termulia di dunia
·
Selalu berusaha
mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan
tujuan pribadi dari para bawahannya
·
Senang menerima saran,
pendapat bahkan kritik dari bawahannya
·
Selalu berusaha untuk
menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
·
Selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
·
Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai
pemimpin
·
Para bawahannya
dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya
dalam proses pengambilan keputusan.
12.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1.
Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul
anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud
adalah kualitas seseorang dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian
(1994:75-76) adalah:
·
pengetahuan umum yang
luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme,
fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan
·
sifat inkuisitif, rasa
tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan,
keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik,
kapasitas integratif
·
kemampuan untuk
bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain :
terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang
dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori
yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang
terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai
pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip
keteladanan.
2.
Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan
merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu
kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
·
konsiderasi
dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung
mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi,
mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan
bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula
kecenderungan perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
·
berorientasi
kepada bawahan dan produksi
perilaku pemimpin yang berorientasi kepada
bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi
pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian,
kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi
pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan,
pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut
model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada
pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku
setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku
pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
3.
Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori
situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional
yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional
yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
·
Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas
·
Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan
·
Persepsi, sikap dan
gaya kepemimpinan
·
Norma yang dianut
kelompok
·
Rentang kendali
·
Ancaman dari luar
organisasi
·
Tingkat stress
REFERENSI
NAMA : PRIHADI KUNTORO
NPM : 16113918
KELAS : 2KA16